Review novel : Brida
Penulis :
Paulo Coelho
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Pada awal saya mau memulai baca novel “Brida” ini, sejenak
saya tertegun melihat covernya. Tiba-tiba saya teringat suatu ketika saya
sedang… #ahsudahlah (…sedang kreatif heheh), saya pernah membuat sketch seorang
wanita yang menghadap ke belakang seolah membelakangi yang melihat dan menatap
lurus ke depan ke tempat yang ia tuju. Posisi dan “ide”nya sama dengan cover
novel ini. Check this out!
Novel ini sudah saya beli sejak lama, namun baru disempatkan
membacanya minggu ini. Seperti judulnya, novel ini bercerita tentang perjalanan
kehidupan seorang wanita bernama Brida, berusia 20 tahun, mahasiswi dan
pekerja. Brida berusaha mencari Guru untuk menemukan dan mengasah Bakat-nya
sebagai seorang penyihir, ilmu yang menghubungkan antara dunia kasat mata dengan yang tak kasat mata.
Dalam pencariannya dengan sengaja dia mendatangi seorang
Guru yang tinggal menyendiri di tengah hutan. Guru itu bernama Magus dan
darinya Brida belajar tentang Tradisi Matahari, menaklukkan Malam Kelam, tentang
keberanian. Magus mengajarinya bukan dengan cara ceramah atau bercerita, tapi
dengan mengalaminya sendiri. Pesan Magus pada Brida bahwa ketika ia sudah
menemukan jalannya, Brida tidak boleh takut, Brida harus berani untuk melakukan
kesalahan, berani menghadapi kekecewaan, kekalahan dan keputusasaan. Dan Brida
harus berani melanjutkan perjalanannya meskipun dia akan menemui semua perasaan
tersebut.
Setelah berhasil menumbuhkan keberanian yang diajarkan oleh
Magus, Brida pergi ke sebuah toko buku bertema okultisme, yang tak pernah
mengiklankan tokonya di media manapun, namun orang-orang berdatangan karena
rekomendasi dari orang lain. Dan kedatangan Brida tak begitu dihiraukan oleh
pemilik toko yang sedang sibuk dan segera berubah menjadi baik ketika Brida menghampiri
dan bercerita kepadanya bahwa dia telah diterima menjadi murid Magus. Bahkan
pemilik toko itu merekomendasikan sebuah nomor telpon untuk dihubungi, nomor
Wicca, yang menjadi Guru bagi Brida selanjutnya.
Sama seperti Magus, Wicca juga tak banyak bicara ketika
memberikan ‘ilmu’nya. Brida harus mengalaminya sendiri, mempraktekkannya
langsung, rutin setiap hari, hingga sampai pada suatu titik dia mengerti apa
yang diajarkan. Wicca mengajarkan Tradisi Bulan dan Brida merasa lebih cocok
dengan ilmu yang diajarkan Wicca, dan dia mendalaminya. Meskipun, entah kenapa,
ketika dia merasa kesulitan atau apapun, dia selalu kembali pergi ke Magus dan
menjadi tenang kembali setelah bertemu dengannya.
Sejalan dengan bertambahnya ilmu yang dikuasai Brida, akhirnya
dia bisa melihat cahaya di pundak kiri Pasangan Jiwa-nya, dia adalah Magus.
Magus sudah mengetahuinya sejak pertama mereka bertemu, namun membiarkan Brida
mempelajari dan mengalaminya sendiri. Ketika Brida tau bahwa ternyata Magus
adalah Pasangan Jiwa-nya, dia sudah memiliki seorang kekasih bernama Lorens.
Pada akhir cerita, Brida berhasil mencapai malam inisiasi
atau ‘penobatan’ dirinya sebagai seorang ahli sihir Tradisi Bulan dan memilih
hidup bersama Lorens yang sangat mencintai dan dicintainya.
Novel ini sarat akan pelajaran kehidupan yang dikiaskan dengan
cerita fiksi yang menarik. Paulo Coelho selalu bisa membuat pembacanya memiliki
“film” sendiri ketika membaca kisah yang diceritakan di buku-bukunya. Dan dia
menghormati “film-film” pembacanya dengan tidak pernah menerima tawaran untuk
mem-film-kan novelnya.
Happy reading,
@indaaja
Indafs.blogspot.com
No comments:
Post a Comment